#Belajarmudah - Makalah Upaya peningkatan prestasi belajar melalui karakter dan kreativitas siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Abstract
The paper is organized so that the reader can determine the effect of the development of character and creativity to the improvement of learning achievement. This paper will discuss the definition, factors, forming, characteristics, components of character and creativity in education so that learners can improve academic achievement.
B.     Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan berkesinambungan, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Di samping itu, sekolah juga berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi belajar anak didiknya.
Berbicara masalah prestasi belajar sangatlah luas. Sekolah sebagai pihak pengelola pendidikan telah melakukan berbagai usaha untuk memperoleh kualitas dan kuantitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, yang selanjutnya terwujudlah perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode belajar, strategi belajar mengajar, dan bertindak selaku fasilitas untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang efektif.
Untuk meningkatkan kualitas siswa diperlukan pemikiran-pemikiran baru atau metode-metode baru yang lebih efektif dan efisien agar tujuan  pendidikan nasional untuk menciptakan lulusan yang berdaya saing global. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan karakter dan kreativitas siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
C.    Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya membahas mengenai upaya peningkatan prestasi belajar melalui karakteristik dan kreativitas siswa :
a.       Karakter siswa
Dalam materi ini masalah yang akan dibahas adalah :
1.      Apakah pengertian karakter
2.      Komponen karakter
3.      Membentuk karakter
4.      Peran keluarga dan sekolah dalam membentuk karakter
b.      Kreativitas siswa
1.      Apa pengertian kreativitas
2.      Ciri-ciri kepribadian kreatif
3.      Manfaat kreatifitas
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas
D.    Tujuan penulisan
Pada makalah ini dibahas tentang pengertian, tujuan, ciri, cara serta dampak pada pendidikan berkarakter dan kreativitas. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui pentingnya karakter dan kreativitas siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Setelah membaca makalah ini diharapkan supaya pembaca dapat tertarik menggunakan metode peningkatan prestasi belajar melalu karakter dan kreativitas siswa.
E.     Manfaat Penulisan
Setelah membaca makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengetahui secara lebih mendalam pengaruh karakter dan kreativitas siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Karakter Siswa
a.    Pengertian Karakter
Dalam pengertian harfiah, istilah “karakter” lebih condong memiliki makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan aspek kepribadian, akhlak, tabiat, watak, sifat kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain. Dari konteks ini pun karakter mengandung unsur moral, sikap bahkan perilaku karena untuk menentukan apakah seseorang memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik, hanya akan terungkap pada saat seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Kamus besar Bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter , yang ada hanya “watak” yang diartikan sebagai : sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lak; budi pekerti; tabiat. Dalam risalah ini dipakai pengertian yang pertama, dalam arti bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Jadi, orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki kualitas moral tertentu yang positif.
Dengan demikian pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sikap atau pola perilaku yang didasari atas dimensi moral yang positif bukan yang negatif.
b.    Komponen karakter
Menurut Lickona (1992), komponen karakter yang baik terdiri atas :
1.      Moral Knowing
Adapun Moral knowing ini terbagi atas beberapa indikator, diantaranya adalah :
a)    Moral awareness
b)   Knowing moral values
c)    Perspective-taking
d)   Moral reasoning
e)    Decision makin
f)    Self knowladge
2.      Moral Feeling
Sama halnya dengan Moral Knowing, Moral Feeling juga terdiri atas beberapa indikator yaitu :
a)    Conscience
b)   Self-esteem
c)    Emphaty
d)   Loving the Food
e)    Self Control
f)    Humility
3.      Moral Action
Adapun indikator dari Moral Action adalah :
a)    Competence
b)   Will
c)    Habit
Ratna Megawangi (2004) sebagai pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar yaitu :
1.      Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
2.      Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3.      Kejujuran
4.      Hormat dan santun
5.      Kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama
6.      Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7.      Keadilan dan kepemimpinan
8.      Baik dan rendah hati
9.      Toleransi. Cinta damai, dan persatuan
Menurut sparks (1991) secara umum fungsi dari karakter adalah :
1.      One’s sense of right and wrong
2.      One’s standar of what Is good and just
3.      One’s judgement of what constitutes Food and bas human behavior.
Esensinya adalah dua dimensi karakter; Dimensi pertama adalah konsep pengembangan karakter secara tradisional, yakni pengembangan karakter yang difokuskan kepada keyakinan, penalaran, dan sistem nila. Sedangkan dimensi kedua adalah dimensi yang difokuskan pada tindakan seseorang.
c.    Membentuk Karakter
Menurut Gede Raka (2007), Pendidikan pada dasarnya mencakup pembangunan substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong dan memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang dengan didasari oleh kesadarn, keyakinan, kepekaan dan sikap orang yang bersangkutan. Dengan demikian, karakter bersifat inside-out, dalam artisan perilaku yang berkembang bersifat baik ini terjadi karena adanya dorongan dari dalam.
Dalam pendidikan karakter mengetahui hal yang baik saja tidak cukup. Yang sangat penting adalah menyemaikan kebaikan tersebut dihati dan mewujudkan dalam tindakan, perbuatan atau perilaku.
Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada pada orang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan (natur) dan llingkungan (nurture) Dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang.
Terlepas dari hasil akhir yang diperoleh, membimbing peserta didik untuk mempersiapkan sebuah kompetisi, secara tidak langsung akan membentuk karakter mereka. Karakter yang terbentuk itu antara lain:
 1.      Motivasi
Ketika membiimbing mereka, otomatis anda akan memberikan motivasi kepada mereka. Motivasi untuk belajar, percaya diri, dan tentu saja motivasi untuk meraih kemenangan. Mustahil anda membimbing peserta didik, tanpa memotivasi mereka. Jika itu terjadi, anda tidak akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk saat ini dalam kompetisi, maupun untuk masa depan mereka dalam pembentukan karakter.
2.      Percaya diri
Kepercayaan diri yang tinggi merupakan faktor penting dalam meraih keberhasilan mengikuti sebuah kompetisi. Peserta didik yang punya kepercayaan diri, sangat berbeda dengan peserta didik yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Mereka akan terlihat lebih siap, lebih bersemangat, dan itu merupakan pendorong untuk meraih kemenangan. Oleh sebab itu, anda harus menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Tidak hanya memotivasi, dan membimbing mereka di bidang kompetisi yang mereka ikuti.
3.      Pantang menyerah
Semangat pantang menyerah adalah semangat seorang pejuang. Dalam sebuah kompetisi, peserta didik harus memiliki semangat ini agar mereka meraih keberhasilan yang dinginkan. Kalau semangat ini tidak anda tanamkan pada saat membimbing mereka, dikhawatirkan mereka akan mudah menyerah. Pasti kita tidak ingin membentuk generasi penerus yang mudah menyerah bukan? Meskipun pada saat kompetisi menemui kendala dan hambatan, namun jika dalam diri mereka sudah kita tanamkan semangat pantang menyerah, mereka akan bisa mengatasi hambatan itu.
4.      Disiplin
Tanpa disiplin yang tinggi, kompetisi apapun yang diikuti, tidak akan meraih keberhasilan. Disiplin dalam berlatih, belajar dan apapun, pasti akan membuahkan keberhasilan. Oleh sebab itu, sebagai pembimbing hendaknya anda menanamkan disiplin ini kepada peserta didik. Tepat waktu ketika latihan, rajin melakukan percobaan, selalu datang tepat waktu, merupakan pembentukan karakter yang sangat berharga bagi peserta didik.
d.   Peran keluarga dan sekolah dalam membentuk karakter
1.       Peran keluarga
Menurut Indah Phillips di dalam The Great Learning (2000:11): “Jika ada kebenaran dalam hati, akan ada keindahan dalam karakter, jika ada keindahan dalam karakter, akan ada keharmonisan dalam rumah, jika ada harmoni di rumah , akan ada ketertiban di negara ini, jika ada order di negara ini, akan ada perdamaian di dunia “.
 Menemukan berbagai kenyataan yang pahit seperti diatas dengan mempertimbangkan, karakter pemdidikan merupakan salah satu  langkah strategis terpenting dalam membangun kembali jati diri terhadap bangsa & menggalang pembentukan di masyarakat Indonesia yang baru. Karakter pendidikan haruslah melibatkan berbagai pihak, di keluarga dan rumah tangga,  lingkungan sekolah yang lebih luas (masyarakat) dan disekolah. Hal ini merupakan, langkah utama yang harus dilakukan ialah menyambung kembali hubungan dan jaringan pendidikan yang nyaris putus di antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Pembentukan sifat dan karakter pendidikan tidak akan pernah berhasil selama di antara ketiga lingkungan pendidikan tidak ada keharmonisasian dan kesinambungan.
 Tentunya keluarga dan rumah tangga hal yang paling utama sebagai lingkungan pembentukan Sifat dan karakter pendidikan utama dan pertama harusnya diberdayakan kembali. Sebagaimana yang telah disarankan Phillips, keluarga hendaklah menjadi pelopor kembali “sekolah kasih sayang”, sekolah bagi kasih sayang menurut Phillips 2000. Di dalam perspektif muslim, keluarga sebagai “sekolah kasih sayang” bisa dikatakan sebagai “, tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang, madrasah mawaddah wa rahmah.
 Muslim memberikan juga perhatian sangat besar bagi pembinaan keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari ummah (bangsa), & karena itu keadaan keluarga sangatlah menentukan keadaan ummah tersendiri. Bangsa terbaik menurut (khayr ummah) yang merupakan ummah wasath (bangsa yang moderat), dan ummah wahidah (bangsa yang satu) sebagaimana dicita-citakan Muslim hanya dapat dibentuk melalui sikap keluarga yang dibangun dan yang dikembangkan menurut dasar mawaddah wa rahmah.
 Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan Anas r.a juga, ada empat ciri keluarga yang baik. Pertama, keluarga di mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi, saling asah dan asuh. Kedua, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Ketiga, keluarga yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya, dan karena itu selalu berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses belajar dan pendidikan seumur hidup (life long learning), min al-mahdi ila al-lahdi. Dan keempat, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan.
2.      Peran sekolah
ekolah mempunyai tanggung jawab tidak hanya di dalam membentuk siswa yang muncul dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi dalam jati dirinya juga, karakter kepribadiannya. Dalam hal ini kontekstual dan relevan tidak hanya di negara-negara yang sedang mengalami krisis watak seperti bangsa ini, tapi juga untuk negara-negara maju sekalipun.
Pada hakikatnya, sekolah bukan hanya sekedar  tempat “menyampaikan isi pengetahuan” belaka. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fraenkel, sekolah tidaklah seolah-olah tempat di mana para guru menyampaikan pengetahuan dengan melalui berbagai mata pelajaran. Untuk sekolah sendiri ialah suatu lembaga yang mengusahakan upaya & proses pembelajaran yang berorientasi terhadap nilai (orientasi nilai perusahaan). selanjutnya, Fraenkel mengkutip dari John Childs yang mengatakan, Organisasi sebuah sistem sekolah yang ada pada dirinya sendiri merupakan satu usaha moral, karena itu merupakan upaya yang sengaja oleh manusia untuk mengontrol pola perkembangannya dimasyarakat.
Pembentukan pendidikan karakter dan watak melalui sekolah, tidak dapat dilakukan seolah-olah melalui pengetahuan pembelajaran, tetapi melalui nilai-nilai pendidikan atau penanaman. Secara luas, kajian-kajian yang menyangkut nilai biasanya mencakup 2 bidang pokok, etika dan estetika “ budi pekerti, akhlak, dan moral”. Etika mengacu kepada hal-hal tentang justifikasi terhadap tingkah laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang berlaku didalam masyarakat, baik yang ada bersumber dari konvensi, agama, adat istiadat, dan lain sebagainya. Sedangkan, Estetika mengacu kepada hal-hal tentang dan justifikasi terhadap apa yang dipandang manusia sebagai (keindahan), yang mereka senangi. & standar-standar itu ialah point-point akhlak atau moral tentang tindakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam lingkungan masyarakat luas yang mempunyai pengaruh besar terhadap berhasilnya penanaman point-point etika dan estetika untuk membentuk karakter. Dari perspektif Muslim, Berdasarkan Quraish Shihab (1996: 321), dengan situasi kemasyarakatan  yang sistem nilai dianutnya, mempengaruhi cara pandang dan sikap masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai ini dan cara pandangan mereka terbatas pada “di sini dan kini”, maka ambisi & upayanya terbatas pada di sini dan kini pula.
Di dalam al-Qur’an juga terdapat banyaknya ayat-ayat yang menekankan tentang kekeluargaan anggota masyarakat menyangkut pada pengalaman sejarah yang sama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama, dan tujuan bersama. Ini adalah sebagian dari apa yang ditulis Quraish Shihab, dari munculnya gagasan ajaran tentang nahy munkar, amar ma`ruf, dan fardhu kifayah, untuk tujuan bertanggung jawab bersama didalam menegakkan point-point yang benar dan mencegah point-point yang salah.
Upaya pembentukan karakter di sekolah, dengan melalui pendidikan karakter bersamaan dengan pendidikan point dan dengan langkah-langkah Sbb:
Pertama,untuk  menerapkan pendidikan berdasarkan karakter. Hal ini dilakukan dengan menerapkan Pendekatan berbasis karakter ke dalam setiap mata pelajaran, point yang ada di samping mata pelajaran-mata pelajaran tersebut khususnya untuk karakter pendidik, seperti pelajaran  pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, agama, Pancasila dsb. Memandang komentar terhadap mata pelajaran-mata pelajaran terakhir ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi muatan dan pendekatan maupun isi, sehingga mereka tidak hanya menjadi ekedar hapalan dan verbalisme, tapi benar-benar berhasil dalam membantu pembentukan kembali jati diri dan karakter bangsa.
Kedua, dalam hal menjelaskan atau pun dalam hal mengklarifikasikan terhadap siswa secara terus menerus tentang berbagai point yang benar dan yang salah. Upaya ini bisa dibarengi dengan cara-cara memberi penghargaan dan menumbuh suburkan point-point yang benar dan sebaliknya mengecam & mencegah berlakunya point-point yang salah, menegaskan point-point yang benar dan yang salah secara terbuka dan terus memberikan kesempatan-kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai tindakan berdasarkan nilai dan alternatif sikap, untuk melakukan pilihan secara bebas sesudah menimbang dalam-dalam dengan berbagai konsekuensi dari setiap tindakan, dan pilihan, membiasakan bertindak dan bersilap atas berprasangka baik (husn al-zhan), niat dan tujuan-tujuan yang ideal, membiasakan bertindak dan bersikap dengan pola-pola yang benar yang diulangi secara konsisten dan terus menerus.
Ketiga, dengan menerapkan pendekatan “pemodelan” atau “keteladanan” atau “uswah hasanah”. Yaitu membiasakan dan mensosialisasikan lingkungan sekolah untuk menghidupkan & menegakkan nilai-nilai akhlak & moral yang baik melalui model atau teladan. Setiap tenaga kependidikan lain dan guru di lingkungan sekolah hendaklah bisa menjadi “uswah hasanah” yang hidupnya teladan bagi setiap anak didiknya. Mereka pun juga harus siap dan terbuka untuk mendiskusikan bersama siswa tentang berbagai point-point yang sudah baik tersebut.
B.    Kreatifitas Siswa
a.    Pengertian Kreativitas
Kata kreatifitas berasal dari “create” yang berarti pandai mencipta. Dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berfikir.
Menurut Hurlock (2005: 4), “Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya”. Nana Syaodih (2005:104)  mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu sesuatu yang sama sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Jadi hal baru itu sesuatu yang sifatnya inovatif.
Rhodes yang dikutip dalam Utami Munandar (2002:25) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person ), proses ( process ), dorongan ( press ), dan produk ( product ).
Rhodes menyebut keempat jenis definisi kreativitas ini sebagai Four P’s of Creativity . Berikut beberapa definisi tentang kreativitas menurut para pakar:
1. Pribadi
Menurut Hulbeck “creativity is an imposing of one’s own whole personality on the environment in a unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tentang kreativitas yang juga menekankan aspek pribadi diberikan Sternberg dalam “three facet model of creativity”, yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
2. Proses
Definisi tentang proses kreatif dari Torrance pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:
“The process of (1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; (3 )evaluating and testing these guesses and hypotheses; (4) possibly revising and retesting them; and finally (5) communicating the results”
b.      Ciri- Ciri kepribadian kreatif
Csikszentmihalyi dalam Utami Munandar (2002:51) mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepribadian kreatif, antara lain sebagai berikut:
1. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya.
2. Pribadi kreatif, cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Di satu pihak mereka mempunyai kebijakan ( wisdom ), tetapi juga bisa seperti anak-anak ( childlike ). Insight yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka dapat berfikir konfergen dan difergen.
3. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.
4. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu. 
5. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk dapat berkreasi, tetapi juga penting baginya untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain.
6. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap apa yang masih mereka lakukan.
7. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin). Lepas dari kedudukan gender, mereka bisa sensitif dan asertif, dominan dan submisif pada saat yang sama.
8. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif. Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan meninggalkan keterkaitan pada tradisi juga perlu.
9. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa semangat seseorang bisa kehilangan minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas, karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.
10. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Menurut Utami Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)
a. Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b. Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalahdari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan berpikir rasional yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yangtidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atausituasi sehingga lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokanpenilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suaturencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
2. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)
a. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang,objek dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan khayalan dan kenyataan.
c. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
d. Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur.
e. Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahandalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yangsedang berkembang Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, mempunyai kegemaran dan menyukai aktivitas yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi.
e.       Manfaat kreativitas
Kreativitas sangat penting dalam hidup, maka dari itu kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik. Utami Munandar (2002:43) mengemukakan alasan pentingnya kreativitas antara lain:
1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan sesuatu yang bermakna yaitu para seniman, ilmuwan dan para inventor, ternyata faktor kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari keuntungan material semata-mata.
4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitaas hidupnya. Dalam era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini.
f.       Faktor-faktor pendorong kreativitas
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak factor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990).
Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa :
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anak Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan teori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan tes psikologis kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka. Ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
- Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak.
 - Aspek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka dan mengharagai keunikan anak 
- Kedekatan emosional
Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah.
- Prestasi 
Prestasi bukanlah angka. Orang tua anak yang kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dalam menghasilkan karya-karya yang baik. 
- Menghargai Kreativitas  Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
b. Strategi mengajar guru
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas. Strategi tersebut meliputi:
1) Penilaian 
Penilaian guru terhadap pekerjaan murid dapat dilakukan dengan cara : 
a. Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas 
b. Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka 
c. Penekanan terhadap “apa yang telah kamu pelajari” dan bukan pada “bagaimana melakukannya”. 
2) Hadiah 
Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan dan mempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3) Pilihan 
Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada anak memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika guru membatasi pilihan siswa, maka guru dapat menghambat kreativitas siswa tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.      Conclusion (Kesimpulan)
In meningkaykan learning achievement of students, a teacher emphasized that not only formal but also consider factors also take into account the nun-formal. Creativity and character is one that Diana are both very important in improving learning achievement. With good character and good creativity, the ability of learners will grow beyond the ability of other people who do not pay attention to the character and creativity and as time goes learners students will grow into a powerful global salty.
Dalam meningkaykan prestasi belajar peserta didik, seorang pengajar ditekankan agar tidak hanya memperhatikan faktor formalnya melainkan turut juga memperhatikan faktor nun-formalnya. Kreativitas dan karakter merupakan salah satunya yang Diana keduanya sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Dengan karakter yang baik dan kreativitas yang baik, maka kemampuan peserta didik akan bertambah melebihi kemampuan orang lain yang tidak memperhatikan karakter dan kreativitasnya dan seiring berjalannya waktu peserta didik akan tumbuh menjadi siswa yang berdaya asin global.
 B.       Saran
Dari hasil pengamatan penulis, agar  proses belajar lebih efektif diharapkan pengajar menerapkan konsep pendidikan yang berkarakter dan kreatif supaya peserta didik mempunyai kemampuan untuk bisa bersaing di taraf nasional maupun internasional.


DAFTAR PUSTAKA

Yamin, HM. 2008. Paradigma pendidikan konstruktivistik. Jakarta : GP Presss
Ratna Megawangi. 2004. Pendidikan berkarakter. Jakarta : IHF

Uno, H. 2008. Model pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
#Belajarmudah - Makalah Upaya peningkatan prestasi belajar melalui karakter dan kreativitas siswa #Belajarmudah -  Makalah Upaya peningkatan prestasi belajar melalui karakter dan kreativitas siswa Reviewed by Zulfadly Saleh S on March 29, 2014 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.