BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Abstract
The
paper is organized so that the reader can determine the effect of the
development of character and creativity to the improvement of learning
achievement. This paper will discuss the definition, factors, forming,
characteristics, components of character and creativity in education so that
learners can improve academic achievement.
B.
Latar
Belakang
Perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat
dan berkesinambungan, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan
secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat. Sebagai penyelenggara
pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan secara berjenjang dan
berkesinambungan. Di samping itu, sekolah juga berusaha semaksimal mungkin
untuk meningkatkan prestasi belajar anak didiknya.
Berbicara masalah prestasi belajar
sangatlah luas. Sekolah sebagai pihak pengelola pendidikan telah melakukan
berbagai usaha untuk memperoleh kualitas dan kuantitas pendidikan dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa, yang selanjutnya terwujudlah
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode belajar,
strategi belajar mengajar, dan bertindak selaku fasilitas untuk menciptakan
kondisi proses pembelajaran yang efektif.
Untuk meningkatkan kualitas siswa
diperlukan pemikiran-pemikiran baru atau metode-metode baru yang lebih efektif
dan efisien agar tujuan pendidikan nasional
untuk menciptakan lulusan yang berdaya saing global. Salah satu caranya adalah
dengan melibatkan karakter dan kreativitas siswa untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
C.
Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini, saya membahas mengenai upaya peningkatan prestasi belajar melalui
karakteristik dan kreativitas siswa :
a. Karakter
siswa
Dalam materi ini masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apakah
pengertian karakter
2. Komponen
karakter
3. Membentuk
karakter
4. Peran
keluarga dan sekolah dalam membentuk karakter
b. Kreativitas
siswa
1. Apa
pengertian kreativitas
2. Ciri-ciri
kepribadian kreatif
3. Manfaat
kreatifitas
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kreatifitas
D.
Tujuan
penulisan
Pada
makalah ini dibahas tentang pengertian, tujuan, ciri, cara serta dampak pada
pendidikan berkarakter dan kreativitas. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar
pembaca dapat mengetahui pentingnya karakter dan kreativitas siswa dalam
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Setelah membaca makalah ini
diharapkan supaya pembaca dapat tertarik menggunakan metode peningkatan
prestasi belajar melalu karakter dan kreativitas siswa.
E.
Manfaat
Penulisan
Setelah membaca makalah
ini, diharapkan agar pembaca dapat mengetahui secara lebih mendalam pengaruh
karakter dan kreativitas siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Karakter Siswa
a.
Pengertian
Karakter
Dalam pengertian
harfiah, istilah “karakter” lebih condong memiliki makna psikologis atau sifat
kejiwaan karena terkait dengan aspek kepribadian, akhlak, tabiat, watak, sifat
kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain. Dari konteks ini pun
karakter mengandung unsur moral, sikap bahkan perilaku karena untuk menentukan
apakah seseorang memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik, hanya akan
terungkap pada saat seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Kamus besar
Bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter , yang ada hanya “watak” yang
diartikan sebagai : sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah lak; budi pekerti; tabiat. Dalam risalah ini dipakai pengertian yang
pertama, dalam arti bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif bukan netral. Jadi, orang yang berkarakter adalah orang
yang memiliki kualitas moral tertentu yang positif.
Dengan demikian
pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sikap
atau pola perilaku yang didasari atas dimensi moral yang positif bukan yang
negatif.
b.
Komponen
karakter
Menurut Lickona
(1992), komponen karakter yang baik terdiri atas :
1.
Moral Knowing
Adapun Moral knowing
ini terbagi atas beberapa indikator, diantaranya adalah :
a)
Moral awareness
b)
Knowing moral
values
c)
Perspective-taking
d)
Moral reasoning
e)
Decision makin
f)
Self knowladge
2.
Moral Feeling
Sama halnya dengan
Moral Knowing, Moral Feeling juga terdiri atas beberapa indikator yaitu :
a)
Conscience
b)
Self-esteem
c)
Emphaty
d)
Loving the Food
e)
Self Control
f)
Humility
3.
Moral Action
Adapun indikator dari
Moral Action adalah :
a)
Competence
b)
Will
c)
Habit
Ratna Megawangi (2004) sebagai pencetus pendidikan
karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan
kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar yaitu :
1.
Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
2.
Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3.
Kejujuran
4.
Hormat dan santun
5.
Kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama
6.
Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah
7.
Keadilan dan kepemimpinan
8.
Baik dan rendah hati
9.
Toleransi. Cinta damai, dan persatuan
Menurut sparks
(1991) secara umum fungsi dari karakter adalah :
1.
One’s sense of
right and wrong
2.
One’s standar of
what Is good and just
3.
One’s judgement
of what constitutes Food and bas human behavior.
Esensinya adalah
dua dimensi karakter; Dimensi pertama adalah konsep pengembangan karakter
secara tradisional, yakni pengembangan karakter yang difokuskan kepada
keyakinan, penalaran, dan sistem nila. Sedangkan dimensi kedua adalah dimensi
yang difokuskan pada tindakan seseorang.
c.
Membentuk
Karakter
Menurut Gede
Raka (2007), Pendidikan pada dasarnya mencakup pembangunan substansi, proses
dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong dan memudahkan seseorang
untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini
tumbuh dan berkembang dengan didasari oleh kesadarn, keyakinan, kepekaan dan
sikap orang yang bersangkutan. Dengan demikian, karakter bersifat inside-out, dalam artisan perilaku yang
berkembang bersifat baik ini terjadi karena adanya dorongan dari dalam.
Dalam pendidikan
karakter mengetahui hal yang baik saja tidak cukup. Yang sangat penting adalah
menyemaikan kebaikan tersebut dihati dan mewujudkan dalam tindakan, perbuatan
atau perilaku.
Proses
pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang
ada pada orang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan (natur) dan
llingkungan (nurture) Dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang.
Terlepas dari
hasil akhir yang diperoleh, membimbing peserta didik untuk mempersiapkan sebuah
kompetisi, secara tidak langsung akan membentuk karakter mereka. Karakter yang
terbentuk itu antara lain:
1.
Motivasi
Ketika
membiimbing mereka, otomatis anda akan memberikan motivasi kepada mereka.
Motivasi untuk belajar, percaya diri, dan tentu saja motivasi untuk meraih
kemenangan. Mustahil anda membimbing peserta didik, tanpa memotivasi mereka.
Jika itu terjadi, anda tidak akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk saat ini
dalam kompetisi, maupun untuk masa depan mereka dalam pembentukan karakter.
2.
Percaya diri
Kepercayaan diri
yang tinggi merupakan faktor penting dalam meraih keberhasilan mengikuti sebuah
kompetisi. Peserta didik yang punya kepercayaan diri, sangat berbeda dengan
peserta didik yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Mereka akan terlihat lebih
siap, lebih bersemangat, dan itu merupakan pendorong untuk meraih kemenangan.
Oleh sebab itu, anda harus menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Tidak hanya
memotivasi, dan membimbing mereka di bidang kompetisi yang mereka ikuti.
3.
Pantang menyerah
Semangat pantang
menyerah adalah semangat seorang pejuang. Dalam sebuah kompetisi, peserta didik
harus memiliki semangat ini agar mereka meraih keberhasilan yang dinginkan.
Kalau semangat ini tidak anda tanamkan pada saat membimbing mereka,
dikhawatirkan mereka akan mudah menyerah. Pasti kita tidak ingin membentuk
generasi penerus yang mudah menyerah bukan? Meskipun pada saat kompetisi
menemui kendala dan hambatan, namun jika dalam diri mereka sudah kita tanamkan
semangat pantang menyerah, mereka akan bisa mengatasi hambatan itu.
4.
Disiplin
Tanpa disiplin
yang tinggi, kompetisi apapun yang diikuti, tidak akan meraih keberhasilan.
Disiplin dalam berlatih, belajar dan apapun, pasti akan membuahkan
keberhasilan. Oleh sebab itu, sebagai pembimbing hendaknya anda menanamkan
disiplin ini kepada peserta didik. Tepat waktu ketika latihan, rajin melakukan
percobaan, selalu datang tepat waktu, merupakan pembentukan karakter yang
sangat berharga bagi peserta didik.
d.
Peran keluarga
dan sekolah dalam membentuk karakter
1.
Peran keluarga
Menurut Indah
Phillips di dalam The Great Learning (2000:11): “Jika ada kebenaran dalam hati,
akan ada keindahan dalam karakter, jika ada keindahan dalam karakter, akan ada
keharmonisan dalam rumah, jika ada harmoni di rumah , akan ada ketertiban di
negara ini, jika ada order di negara ini, akan ada perdamaian di dunia “.
Menemukan
berbagai kenyataan yang pahit seperti diatas dengan mempertimbangkan, karakter
pemdidikan merupakan salah satu langkah
strategis terpenting dalam membangun kembali jati diri terhadap bangsa &
menggalang pembentukan di masyarakat Indonesia yang baru. Karakter pendidikan
haruslah melibatkan berbagai pihak, di keluarga dan rumah tangga, lingkungan sekolah yang lebih luas
(masyarakat) dan disekolah. Hal ini merupakan, langkah utama yang harus
dilakukan ialah menyambung kembali hubungan dan jaringan pendidikan yang nyaris
putus di antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Pembentukan sifat dan
karakter pendidikan tidak akan pernah berhasil selama di antara ketiga
lingkungan pendidikan tidak ada keharmonisasian dan kesinambungan.
Tentunya
keluarga dan rumah tangga hal yang paling utama sebagai lingkungan pembentukan
Sifat dan karakter pendidikan utama dan pertama harusnya diberdayakan kembali.
Sebagaimana yang telah disarankan Phillips, keluarga hendaklah menjadi pelopor kembali
“sekolah kasih sayang”, sekolah bagi kasih sayang menurut Phillips 2000. Di
dalam perspektif muslim, keluarga sebagai “sekolah kasih sayang” bisa dikatakan
sebagai “, tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang, madrasah
mawaddah wa rahmah.
Muslim
memberikan juga perhatian sangat besar bagi pembinaan keluarga (usrah).
Keluarga merupakan basis dari ummah (bangsa), & karena itu keadaan keluarga
sangatlah menentukan keadaan ummah tersendiri. Bangsa terbaik menurut (khayr
ummah) yang merupakan ummah wasath (bangsa yang moderat), dan ummah wahidah
(bangsa yang satu) sebagaimana dicita-citakan Muslim hanya dapat dibentuk
melalui sikap keluarga yang dibangun dan yang dikembangkan menurut dasar
mawaddah wa rahmah.
Menurut sebuah
hadits yang diriwayatkan Anas r.a juga, ada empat ciri keluarga yang baik.
Pertama, keluarga di mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi,
saling asah dan asuh. Kedua, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan
kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan
sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketiga, keluarga
yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya, dan karena itu selalu berusaha
meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses
belajar dan pendidikan seumur hidup (life long learning), min al-mahdi ila
al-lahdi. Dan keempat, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak
berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan
nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan.
2.
Peran sekolah
ekolah mempunyai
tanggung jawab tidak hanya di dalam membentuk siswa yang muncul dalam teknologi
dan ilmu pengetahuan, tetapi dalam jati dirinya juga, karakter kepribadiannya.
Dalam hal ini kontekstual dan relevan tidak hanya di negara-negara yang sedang
mengalami krisis watak seperti bangsa ini, tapi juga untuk negara-negara maju
sekalipun.
Pada hakikatnya,
sekolah bukan hanya sekedar tempat
“menyampaikan isi pengetahuan” belaka. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Fraenkel, sekolah tidaklah seolah-olah tempat di mana para guru menyampaikan
pengetahuan dengan melalui berbagai mata pelajaran. Untuk sekolah sendiri ialah
suatu lembaga yang mengusahakan upaya & proses pembelajaran yang berorientasi
terhadap nilai (orientasi nilai perusahaan). selanjutnya, Fraenkel mengkutip
dari John Childs yang mengatakan, Organisasi sebuah sistem sekolah yang ada
pada dirinya sendiri merupakan satu usaha moral, karena itu merupakan upaya
yang sengaja oleh manusia untuk mengontrol pola perkembangannya dimasyarakat.
Pembentukan
pendidikan karakter dan watak melalui sekolah, tidak dapat dilakukan
seolah-olah melalui pengetahuan pembelajaran, tetapi melalui nilai-nilai
pendidikan atau penanaman. Secara luas, kajian-kajian yang menyangkut nilai
biasanya mencakup 2 bidang pokok, etika dan estetika “ budi pekerti, akhlak,
dan moral”. Etika mengacu kepada hal-hal tentang justifikasi terhadap tingkah
laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang berlaku didalam masyarakat,
baik yang ada bersumber dari konvensi, agama, adat istiadat, dan lain
sebagainya. Sedangkan, Estetika mengacu kepada hal-hal tentang dan justifikasi
terhadap apa yang dipandang manusia sebagai (keindahan), yang mereka senangi.
& standar-standar itu ialah point-point akhlak atau moral tentang tindakan
mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam lingkungan
masyarakat luas yang mempunyai pengaruh besar terhadap berhasilnya penanaman
point-point etika dan estetika untuk membentuk karakter. Dari perspektif
Muslim, Berdasarkan Quraish Shihab (1996: 321), dengan situasi
kemasyarakatan yang sistem nilai
dianutnya, mempengaruhi cara pandang dan sikap masyarakat secara keseluruhan.
Jika sistem nilai ini dan cara pandangan mereka terbatas pada “di sini dan
kini”, maka ambisi & upayanya terbatas pada di sini dan kini pula.
Di dalam
al-Qur’an juga terdapat banyaknya ayat-ayat yang menekankan tentang
kekeluargaan anggota masyarakat menyangkut pada pengalaman sejarah yang sama,
gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama, dan tujuan bersama. Ini adalah
sebagian dari apa yang ditulis Quraish Shihab, dari munculnya gagasan ajaran
tentang nahy munkar, amar ma`ruf, dan fardhu kifayah, untuk tujuan bertanggung
jawab bersama didalam menegakkan point-point yang benar dan mencegah
point-point yang salah.
Upaya
pembentukan karakter di sekolah, dengan melalui pendidikan karakter bersamaan
dengan pendidikan point dan dengan langkah-langkah Sbb:
Pertama,untuk menerapkan pendidikan berdasarkan karakter.
Hal ini dilakukan dengan menerapkan Pendekatan berbasis karakter ke dalam
setiap mata pelajaran, point yang ada di samping mata pelajaran-mata pelajaran
tersebut khususnya untuk karakter pendidik, seperti pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah,
agama, Pancasila dsb. Memandang komentar terhadap mata pelajaran-mata pelajaran
terakhir ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi muatan dan pendekatan
maupun isi, sehingga mereka tidak hanya menjadi ekedar hapalan dan verbalisme,
tapi benar-benar berhasil dalam membantu pembentukan kembali jati diri dan
karakter bangsa.
Kedua, dalam hal
menjelaskan atau pun dalam hal mengklarifikasikan terhadap siswa secara terus
menerus tentang berbagai point yang benar dan yang salah. Upaya ini bisa
dibarengi dengan cara-cara memberi penghargaan dan menumbuh suburkan
point-point yang benar dan sebaliknya mengecam & mencegah berlakunya
point-point yang salah, menegaskan point-point yang benar dan yang salah secara
terbuka dan terus memberikan kesempatan-kesempatan kepada peserta didik untuk
memilih berbagai tindakan berdasarkan nilai dan alternatif sikap, untuk
melakukan pilihan secara bebas sesudah menimbang dalam-dalam dengan berbagai
konsekuensi dari setiap tindakan, dan pilihan, membiasakan bertindak dan
bersilap atas berprasangka baik (husn al-zhan), niat dan tujuan-tujuan yang
ideal, membiasakan bertindak dan bersikap dengan pola-pola yang benar yang
diulangi secara konsisten dan terus menerus.
Ketiga, dengan
menerapkan pendekatan “pemodelan” atau “keteladanan” atau “uswah hasanah”.
Yaitu membiasakan dan mensosialisasikan lingkungan sekolah untuk menghidupkan
& menegakkan nilai-nilai akhlak & moral yang baik melalui model atau
teladan. Setiap tenaga kependidikan lain dan guru di lingkungan sekolah
hendaklah bisa menjadi “uswah hasanah” yang hidupnya teladan bagi setiap anak
didiknya. Mereka pun juga harus siap dan terbuka untuk mendiskusikan bersama
siswa tentang berbagai point-point yang sudah baik tersebut.
B.
Kreatifitas Siswa
a.
Pengertian
Kreativitas
Kata kreatifitas
berasal dari “create” yang berarti pandai mencipta. Dalam pengertian yang lebih
luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran,
kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berfikir.
Menurut Hurlock
(2005: 4), “Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan komposisi, produk,
atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal
pembuatannya”. Nana Syaodih (2005:104)
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menemukan dan menciptakan hal baru, cara-cara baru, model baru
yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu sesuatu yang
sama sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu
menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas
yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Jadi hal baru itu sesuatu yang
sifatnya inovatif.
Rhodes yang
dikutip dalam Utami Munandar (2002:25) menganalisis lebih dari 40 definisi
tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan
dalam istilah pribadi (person ), proses ( process ), dorongan ( press ), dan
produk ( product ).
Rhodes menyebut
keempat jenis definisi kreativitas ini sebagai Four P’s of Creativity . Berikut
beberapa definisi tentang kreativitas menurut para pakar:
1. Pribadi
Menurut Hulbeck
“creativity is an imposing of one’s own whole personality on the environment in
a unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tentang kreativitas
yang juga menekankan aspek pribadi diberikan Sternberg dalam “three facet model
of creativity”, yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara
tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi.
2. Proses
Definisi tentang
proses kreatif dari Torrance pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam
metode ilmiah, yaitu:
“The process of (1) sensing difficulties, problem,
gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and
formulating hypotheses about these deficiencies; (3 )evaluating and testing
these guesses and hypotheses; (4) possibly revising and retesting them; and
finally (5) communicating the results”
b.
Ciri- Ciri
kepribadian kreatif
Csikszentmihalyi
dalam Utami Munandar (2002:51) mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepribadian
kreatif, antara lain sebagai berikut:
1. Pribadi
kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja
berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks,
bergantung pada situasinya.
2. Pribadi
kreatif, cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Di
satu pihak mereka mempunyai kebijakan ( wisdom ), tetapi juga bisa seperti
anak-anak ( childlike ). Insight yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan
ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka dapat berfikir konfergen dan
difergen.
3. Ciri-ciri
paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin.
Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan
suatu gagasan atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.
4. Pribadi
kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap
bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari
kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu.
5. Pribadi
kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. Seseorang
perlu dapat bekerja sendiri untuk dapat berkreasi, tetapi juga penting baginya
untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya
orang lain.
6. Orang kreatif
dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka
puas dengan prestasi mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa
yang telah mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan
dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap apa yang masih mereka
lakukan.
7. Pribadi
kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat
melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin). Lepas dari kedudukan
gender, mereka bisa sensitif dan asertif, dominan dan submisif pada saat yang
sama.
8. Orang kreatif
cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap
tradisional dan konservatif. Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan
meninggalkan keterkaitan pada tradisi juga perlu.
9. Kebanyakan
orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga
sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa semangat seseorang bisa kehilangan
minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas, karyanya
bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.
10. Sikap
keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika
mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat
yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Menurut Utami
Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
1. Ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif (Aptitude)
a. Keterampilan
berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah
atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai
hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b. Keterampilan
berpikir luwes (Fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalahdari sudut pandang yang
berbeda-beda, mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, mampu
mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan
berpikir rasional yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik,
memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat
kombinasi-kombinasi yangtidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan
memperinci atau mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan atausituasi sehingga lebih menarik.
e. Keterampilan
menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokanpenilaian sendiri dan menentukan
apakah suatu pertanyaan benar, suaturencana sehat, atau suatu tindakan
bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya
mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
2. Ciri-ciri
Afektif (Non-aptitude)
a. Rasa ingin
tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak
pertanyaan, selalu memperhatikan orang,objek dan situasi, peka dalam pengamatan
dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif
yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi,
menggunakan khayalan dan kenyataan.
c. Merasa
tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit,
merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih tertarik pada
tugas-tugas yang sulit.
d. Sifat berani
mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar,
tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi ragu-ragu karena
ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur.
e. Sifat
menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahandalam hidup,
menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yangsedang berkembang Biasanya
anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, mempunyai
kegemaran dan menyukai aktivitas yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil
resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya, artinya
dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai,
mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang lain. Mereka pun
tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun
mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda,
menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi.
e.
Manfaat
kreativitas
Kreativitas
sangat penting dalam hidup, maka dari itu kreativitas perlu dipupuk sejak dini
dalam diri peserta didik. Utami Munandar (2002:43) mengemukakan alasan
pentingnya kreativitas antara lain:
1. Dengan
berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan
kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas
merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas
atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang
sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
3. Bersibuk diri
secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi
terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara
terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil
menciptakan sesuatu yang bermakna yaitu para seniman, ilmuwan dan para
inventor, ternyata faktor kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari
keuntungan material semata-mata.
4. Kreativitaslah
yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitaas hidupnya. Dalam era
pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung
pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan, dan teknologi
baru. Untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran dan perilaku kreatif harus
dipupuk sejak dini.
f.
Faktor-faktor
pendorong kreativitas
Kesempatan untuk
belajar kreatif ditentukan oleh banyak factor antara lain sikap dan minat
siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan
bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990).
Menurut Amabile
(1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi
kreativitas belajar siswa :
a. Sikap orang
tua terhadap kreativitas anak Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar
psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan
kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan
teori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan tes psikologis
kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi
kreativitas anak mereka. Ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak
ialah :
- Kebebasan
Orang tua yang
percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak
kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak
terlalu membatasi kegiatan anak.
- Aspek
Anak yang
kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu,
percaya akan kemampuan mereka dan mengharagai keunikan anak
- Kedekatan
emosional
Kreativitas anak
dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan,
penolakan dan terpisah.
- Prestasi
Prestasi
bukanlah angka. Orang tua anak yang kreatif menghargai prestasi anak, mereka
mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dalam menghasilkan karya-karya
yang baik.
- Menghargai
Kreativitas Anak yang kreatif memperoleh
dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
b. Strategi
mengajar guru
Dalam kegiatan
mengajar sehari-hari dapat digunakan strategi khusus yang dapat meningkatkan
kreativitas. Strategi tersebut meliputi:
1) Penilaian
Penilaian guru
terhadap pekerjaan murid dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberi umpan
balik berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas
b. Melibatkan
siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan
mereka
c. Penekanan
terhadap “apa yang telah kamu pelajari” dan bukan pada “bagaimana
melakukannya”.
2) Hadiah
Anak senang
menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya.
Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan dan
mempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3) Pilihan
Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada anak
memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuai dengan ketentuan yang
ada. Jika guru membatasi pilihan siswa, maka guru dapat menghambat kreativitas
siswa tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Conclusion (Kesimpulan)
In
meningkaykan learning achievement of students, a teacher emphasized that not
only formal but also consider factors also take into account the nun-formal.
Creativity and character is one that Diana are both very important in improving
learning achievement. With good character and good creativity, the ability of
learners will grow beyond the ability of other people who do not pay attention
to the character and creativity and as time goes learners students will grow
into a powerful global salty.
Dalam
meningkaykan prestasi belajar peserta didik, seorang pengajar ditekankan agar
tidak hanya memperhatikan faktor formalnya melainkan turut juga memperhatikan
faktor nun-formalnya. Kreativitas dan karakter merupakan salah satunya yang
Diana keduanya sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Dengan
karakter yang baik dan kreativitas yang baik, maka kemampuan peserta didik akan
bertambah melebihi kemampuan orang lain yang tidak memperhatikan karakter dan
kreativitasnya dan seiring berjalannya waktu peserta didik akan tumbuh menjadi
siswa yang berdaya asin global.
B.
Saran
Dari
hasil pengamatan penulis, agar proses belajar
lebih efektif diharapkan pengajar menerapkan konsep pendidikan yang berkarakter
dan kreatif supaya peserta didik mempunyai kemampuan untuk bisa bersaing di
taraf nasional maupun internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Yamin,
HM. 2008. Paradigma pendidikan konstruktivistik.
Jakarta : GP Presss
Ratna
Megawangi. 2004. Pendidikan berkarakter.
Jakarta : IHF
Uno,
H. 2008. Model pembelajaran. Jakarta
: Bumi Aksara
#Belajarmudah - Makalah Upaya peningkatan prestasi belajar melalui karakter dan kreativitas siswa
Reviewed by Zulfadly Saleh S
on
March 29, 2014
Rating:
No comments: